MEDIA SANTRI - Sebuah kesempatan istimewa diperoleh oleh para santri dari Pondok Pesantren Ittihadus Syafi'iyah karena dapat mendengar secara langsung nasihat yang disampaikan oleh K.H. Muhammad Yusuf Chudori atau Gus Yusuf yang menjadi pembicara dalam acara Haflah Akhirusanah ke 7 Ponpes Ittihadus Syafi'iyah.
Acara Haflah Akhirusanah ini sendiri diadakan dalam rangka tasyakuran karena pondok pesantren telah dilancarkan oleh Allah SWT dalam melaksanakan pengajian kitab kuning dan Al-Qur'an selama satu tahun.
Ketika memberikan nasihatnya, Gus Yusuf menekankan kepada para santri supaya bisa memahami sekaligus mengamalkan ilmu yang telah didapatkannya di pondok pesantren.
Beliau menjelaskan bahwa sebagai santri kita harus memiliki sikap tarbiyah yaitu memahami serta mengamalkan ilmu yang telah didapatkan tidak hanya sebatas taklim atau mengetahui ilmunya saja.
Gus Yusuf lalu memberikan perumpamaan hal ini pada pelaksanaan sholat subuh berjamaah, seorang santri menurut beliau seharusnya telah terbiasa untuk bangun pagi-pagi ketika adzan Subuh berkumandang dan segera berwudhu untuk melakukan sholat.
Beliau menyindir bahwa banyak santri sekarang yang hanya taklim atau mengetahui ilmu tentang sholat subuh berjamaah tapi susah untuk melaksanakannya.
Padahal Gus Yusuf menekankan bahwa buah dari ilmu adalah amal perbuatan yang sesuai dengan ilmu tersebut.
Adapun jika ilmu telah bisa berbuah dengan amalan maka ini menjadi indikator bahwa ilmu tersebut telah menjadi ilmu yang barokah dan bermanfaat.
Lebih lanjut Gus Yusuf menjelaskan bahwa bagi santri supaya ilmunya bisa bermanfaat dan barokah maka harus menyalurkan ilmunya kepada orang lain.
Gus Yusuf sendiri berkeyakinan bahwa jika seorang santri telah mengajarkan ilmu yang telah didapatkannya kepada orang lain dalam kesehariannya.
Tidak perlu memperdulikan dimana tempat dan banyak orang yang menerima ilmu dari kita, sebagai santri kita diharapkan oleh Gus Yusuf dapat ikhlas mengajarkan ilmu agama yang kita telah ketahui dari pondok pesantren.
Gus Yusuf juga menyinggung bahwa para santri diharapkan dapat menjauhi segala bentuk kemaksiatan yang mungkin dilakukannya seperti menyebarkan ujaran kebencian di media sosial atau berpacaran secara daring lewat chatting.
Hal ini Gus Yusuf menyerupakan ilmu itu ibarat cahaya sedangkan kemaksiatan itu ibaratnya seperti kegelapan sehingga jika santri yang sedang belajar ilmu agama tetap melakukan maksiat maka kemungkinan ilmunya tidak akan bermanfaat dan barokah.
Gus Yusuf lantas menjelaskan bahwa para santri harus bisa siap dengan susahnya kehidupan karena didalam pondok pesantren sendiri telah dibiasakan untuk hidup serba sederhana.
Para santri diharapkan mampu menjadi pribadi yang fleksibel dalam menjalani kehidupan di masyarakat dan tidak mudah gengsi atau malu ketika menjadi seseorang yang memiliki pekerjaan yang non formal seperti pedagang atau petani selama pekerjaan tersebut halal dan membawa kemanfaatan untuk diri dan keluarganya.
Penulis : Aryf Risky Pratama
Posting Komentar