Profil Pengasuh Pondok Pesantren

Kyai Fakhrudin lahir pada tanggal 7 Desember 1970 di desa Rowolaku, kecamatan Kajen, kabupaten Pekalongan. Beliau adalah putra dari pasangan Bapak Damuri Abdul Qodir  dan  Ibu Murti. Masa kecil beliau dihabiskan di daerah kelahirannya yaitu Desa Rowolaku bersama dengan keluarga ayah ibunya.

Istri beliau bernama Ibu Nyai Rumsah, mereka mempunyai satu orang putra yang bernama Annajmu Syaqib dan dua orang putri, yang bernama, Naili Zulfah dan Nafidatun Najjah. Beliau  dikenal dengan sosok ayah yang penyayang, namun bukan berarti beliau memanjakan akan-anakanya, beliau amat tegas dalam mendidik putra putrinya dalam memberikan pengajaran tentang agama Islam.

Kyai Fakhrudin dibesarkan dalam lingkungan yang agamis dimana kakeknya adalah seorang pendiri mushola As-Syafi’i di desa Rowolaku. Kyai Fakhrudin dididik agama oleh ayahnya langsung secara pribadi. Didalam kehidupanya kyai Fakhrudin selalu menjalankan perintah Allah SWT. dan menjahui larangan Allah SWT. Tak tangung-tanggung ayahnya akan memberikan hukuman apabila Kyai Fakhrudin tidak menjalankan kewajibannya sebagai seorang muslim.

Beliau menempuh pendidikan MI di Ribatul Muta’alimin Grogolan, Pekalongan. Beliau tidak melanjutkan sekolah formalnya, tetapi langsung ke pesantren di pondok pesantren API Tegalrejo selama kurang lebih 8 tahun. Selama didalam pesantren Beliau mendalami berrbagai macam disiplin ilmu dari ilmu nahwu, sorof, fiqih, ushul fiqih, tafsir akidah dan masih banyak lagi ilmu yang diperoleh selama mengenyam pendidikan di pondok pesantren.

Beliau merupakan santri yang memiliki semangat tinggi dalam mempelajari ilmu agama, yang ditempuh dengan mempelajari kitab-kitab kuning khas pesantren klasik. Selain fokus mengikuti pengkajian kitab kuning, beliau juga menjalankan riyadhoh berupa puasa dari makanan pokok yang dilakukan selama 3 tahun 3 bulan lebih 3 hari, kemudian puasa Al-Qur’an selama 1 tahun. Didalam pondok pesantren beliau mengalami banyak mengalami suka dan duka yang beliau  jalani dengan sabar dan ikhlas.

Beliau mempunyai peran yang aktif dalam bermasyarakat, hal itu terbukti ketika beliau turut andil dalam mendirikan IPNU IPPNU di Desa Rowolaku, tepatnya pada tahun 1986 tanggal 20 Juni 1986/12 Syawal 1406 yang saat itu diketuai oleh rekan Achmad Syaikh dan rekanita Mamuroh. Beliau sudah menjadi tokoh yang berperan  aktif dalam masyarakat Beliau sudah terbiasa menjadi imam sholat fardhu di mushola yang kakek bangun disamping rumah Beliau.

Kyai Fahrudin juga aktif dalam kegiatan bermasyarakat seperti menjadi imam tahlilan, manaqiban dan masih banyak lagi. Kyai Fakhrudin juga mengajar di sebuah madrasah diniyah sore yang telah beliau dirikan pada tahun 2014 sepulang dari pondok pesantren di Magelang Kyai Fakhrudin sangat perihatin melihat kondisi lingkungannya sangat minim sekali tentang pemahaman agamanya. Dengan bekal ilmu yang Beliau miliki akhirnya Beliau mendirikan sebuah madrasah diniyah awaliyah Tarbiyatul Muta’alimin yang berlokasi di desa Rowolaku.

Di dalam madrasah Kyai Fakhrudin mengajarkan berbagai macam ilmu kepada setiap santri yang diajar olehnya. Ilmu yang Beliau ajarkan salah ilmu fiqih, kyai Fakhrudin mengajarkan tentang tata cara berwudhu, sholat dan lain-lain. Dengan didirikannya madrasah yang Beliau bangun secara tidak langsung memberika dampak positif bagi masyarakat sekitar. Masyarakat sekitar mendaftarkan anak-anaknya ke madrasah dengan tujuan agar anak-anak mereka mengetahui tentang hukum perintah dan larangan Allah SWT.

Selain dalam masyarakat dikenal sebagai guru madrasah Beliau juga dikenal sebagai ketua Pembangunan Masjid di desa Rowolaku pada tahun 2006. Ada cerita menarik ketika pembangunan masjid ini. Banyak sekali warga yang merendahkan bahkan tidak mendukung proses pembangunan masjid tersebut dan beranggapan bahwa masjid yang dibangun oleh Beliau tidak akan pernah selesai dibangun atau dengan kata lain masjid akan gagal diselesaikan.

Banyak terjadi konflik pro dan kontra ketika membangun masjid tersebut. Tapi Beliau hadapi dengan sabar dan kepasrahan kepada Allah SWT hanya mengharap ridho dari-Nya saja yang dapat Beliau lakukan ketika terjadi konflik dan kontra. Bermodalkan tekat yang kuat dan keyakinan kepada Allah SWT. Beliau membangun masjid dibantu dengan tenaga masyarakat sekitar dan sukarelawan yang membangun masjid tersebut, akhirnya masjid tersebut berhasil didirikan oleh Beliau dan masyarakat masyarakat sekitar.

Beliau juga memiliki sebuah majelis di depan mushola tempat Beliau menjadi imam sholat. Majelis tersebut diberi nama Majelis As-Syafi’iyah yang berdiri pada tahun2014. Di dalam majelis tersebut beliau mempunyai 10 orang santri yang berasal dari berbagai macam daerah seperti Brebes, Pemalang, Tegal, Batang dan bahkan salah satu santri Beliau ada yan berasal dari Pati.

Didalam majelis beliau Beliau mengajarkan berbagai disiplin ilmu agama, antara lain ilmu nahwu, sorof, aqidah, fiqih dan masih banyak lagi. Sistem yang beliau ajarkan dalam majelisnya hampir sama seperti yang ada pada pondok pesantren yang ada di Indonesia. Ada keinginan dari Beliau untuk menjadikan majelis yang Beliau bina ini untuk menjadi pondok pesantren. Tetapi ketika Beliau mengajukan ke Departemen Agama syarat menjadikan pondok pesantren ialah harus memiliki santri 15 sedangkan Beliau masih memiliki santri berjumlah 10 orang, alhasil Beliau belum bisa mencapai keinginannya tersebut. Mudah-mudahan keingan beliau tercapai suatu saat nanti.

Tepat pada tahun 2019, keinginan itu menjadi sebuah kenyataan walaupun ditempuh dengan proses yang panjang, akan tetapi segala penghalang perlahan dapat diselesaikan berkat anugrah dari Allah SWT. Dan kerja keras serta tekat dan I’tikad baik Beliau untuk memperjuangkan agama dan memperbaiki moralitas beragama generasi penerus bangsa.


Posting Komentar

Post a Comment (0)

Lebih baru Lebih lama